Rabu, 13 April 2011

Profil Diri

ENDRA HARDIANTO terlahir di Jember 13 Juli 1989. Anak kedua atau bungsu dari dua bersaudara, dari pasangan Djoko Wardoyo dan Dalila. Semasa kecil menempuh pendidikan mulai dari TK Ria Menampu, disini bakatnya menggambar muncul dan sering mengikuti perlombaan menggambar tingkat Kecamatan. Selepas dari TK, ia melanjutkan di SDN 03 Menampu, yang merupakan SDN terunggul di tingkat Kecamatan Gumukmas – Jember. Kesukaannya dalam menggambar masih lekat sampai ia duduk sebagai siswa SD, tiap kali ada tugas menggambar, ia selalu mendapatkan nilai terbaik dari seluruh teman-temannya. Bakat ini tak lain adalah turunan dari Ayahnya yang berprofesi sebagai Arsitek dan bekerja di Dinas Pengairan.
Masa-masa di bangku SD, ia termasuk siswa yang pandai meski tidak pernah mendapat juara kelas, tapi ia selalu meraih lima atau sepuluh besar di kelasnya. Ia selalu akrab dan dekat dengan teman-teman sebayanya, di kelas maupun di luar kelas, selalu diisi dengan canda tawa. Ketika masuk waktu istirahat, ia sering bermain permainan anak-anak yang masih kuat di masa itu. Sebut saja permainan Sodor, Gedrek, Bentengan, Petak Umpet, dsb.
Kesukaan dan kecintaan pada membaca, sudah muncul sejak dini. Kala itu ia mendapatkan buku pertama pemberiaan dari Ayahnya, cerita sejarah kemerdekaan dengan gambar animasi. Akhirnya lambat laun kecintaannya semakin kuat, hampir tiap minggu ia selalu membeli tabloid Bobo, Hopplaa, dan Fantasi yang sangat terkenal kala itu. Disisi lain, ia juga aktif pada kegiatan Pramuka serta pernah menjadi petugas pembaca naskah UUD 45 dan juga sebagai pasukan pengibar bendera, setiap kali kelasnya bertugas sebagai tim Upacara Bendera.
Setelah enam tahun menghabiskan pendidikan di SD, ia dinyatakan lulus dengan predikat empat besar di SD nya pada tahun 2001. Setelah kelulusannya, ia menyatakan hijrah mengikuti kakak kandungnya Christina Rachmaniar Ulfa untuk menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Perasaan sedih harus meninggalkan dan jauh dari teman-teman akrabnya, yang pada umumnya teman-teman akrabnya melanjutkan di SMPN yang berada di daerahnya.
Kehidupan baru di mulai, sebenarnya dunia Pesantren sudah tidak asing pada dirinya. Endra terlahir dalam keluarga pesantren yang sarat kedekatannya dengan Nahdlatul 'Ulama. Kakeknya dari Ibu, H. Fathorrahman sejak muda sudah melanglang buana di berbagai pesantren, sebut saja Pesantren Bata-Bata Madura, Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo dan terakhir di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, yang akhirnya juga dilanjutkan dengan anak cucunya, termasuk Endra.
Namun bedanya, dari seluruh sepupunya, hanya Endra dan saudara perempuannya, yang tidak pernah mengenyam pendidikan Diniyah di Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda milik kakeknya di Desa Batu Urip Kecamatan Sumberbaru. Karena sejak kecil Endra di boyong untuk pindah di Desa Menampu Kecamatan Gumukmas, desa asal Ayahnya. Meskipun demikian, darah pesantren dalam keluarganya sangat mengalir kuat. Sejak duduk di kelas 1 SD, ia sudah masuk di TPA Darul Muqommah Gumukmas, dan ia sudah masuk di kelompok Al-Qur'an sejak kelas 4 SD, yang diawali dari belajar IQRO'. Tidak hanya belajar mengaji aktifitasnya di TPA, ia juga pernah ambil kursus MC, Pidato dan Kaligrafi. Setiap ada acara di TPA nya, ia sering dipercaya sebagai MC dan pernah di suruh Pidato dalam Malam Imtihan TPA nya. Dan bakatnya ini yang terus mengalir sampai sekarang.
Tahun 2001, masuklah ia di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan tercatat sebagai siswa di SMP Nurul Jadid. Masa-masa awal masuk pesantren ia sering sakit, sebenarnya sudah tidak asing bagi setiap santri baru, pasti akan mengalami sakit. Menurutnya, ini adalah proses adaptasi di lingkungan yang tidak biasa. Dua bulan di pesantren, ia terserang gejala thypus dan akhirnya harus diboyong pulang ke rumahnya sekaligus juga saudara perempuannya yang terkena silinder mata. Dan ternyata tidak hanya ia saja yang mengalami sakit. Seminggu sebelumnya, Ayahnya telah selesai operasi kencing manis, dan ia tidak diberi kabar oleh keluarganya karena baru saja masuk pesantren. Penyakit dari sang Ayah ini yang akhirnya merenggut nyawanya. Ketika liburan ramadhan dan lebaran, kebersamaan di jalin erat. Tidak sama dengan Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2001 sangat istimewa, dikarenakan hampir tipa hari slaturrahmi ke sanak famili dan berlibur bersama keluarga besar di tempat wisata. Namun tak disangka, lebaran itu adalah lebaran terakhir ia bersama sang Ayah. Tepat pada malam tanggal 01 Januari 2002, sang Ayah menghembuskan nafas terakhir. Perasaan duka dan kehilangan menyelimuti Ibu, Kakak dan ia sendiri.
Setelah meninggalnya sang Ayah, berubahlah ekonomi keluarganya. Sang Ibu Dalila, harus mulai bekerja sendiri dengan profesinya sebagai Perias Pengantin dan memiliki Salon. Namun nafkah Ibunya tidak cukup untuk menghidupi dua sang buahan hati di pesantren yang juga beda Kabupaten. Lapang dada dan berusaha bertahan dengan cara berhemat,itulah yang dilakukan Endra dengan saudara perempuannya.
Tidak berkelanjutan kedukaan dalam benak Endra, dengan kondisi serba sederhana, ia masih bisa bertahan. Dengan dibuktikan, keaktifannya untuk beberapa kegiatan di pesantren. Ketika kelas 1 SMP, ia ikut kursus MC, dan ia juga beberapa kali memenangkan perlombaan Baca Puisi di acara Class Meeting. Ketika duduk di bangku kelas 3 SMP, ia menyatakan pindah asrama, sebab ia di terima di asrama yang khusus untuk membahas Al-Qur'an, sebut saja Pusat Pendidikan Ilmu Al-Qur'an (PPIQ) yang masih berada di bawan naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bersamaan dengan kepindahannya, ia ditawari bergabung di Grup Hadrah Banjari Azzainiyah, karena memang sejak kecil Endra senang membaca shalawat atau qasidah.
Lulus dari SMP Nurul Jadid pada tahun 2004, ia tidak langsung menyatakan keluar dan berhenti dari pesantren. Meski Ibunya sempat menyarankan ia masuk di SPK, akhirya ia tetap bertahan dan melanjutkan di pesantren ini dengan masuk di SMA Nurul Jadid pada program khusus Unggulan Bahasa, yang nantinya ia belajar Bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. Namun di tahun masuk pertama kali di SMA,  ia harus mulai sendirian di pesantren tanpa sang kakak, karena sang kakak sudah tuntas pendidikan enam tahun di pesantren. Dan sang kakak ikut bersama Ibunya, bersama-sama membantu nafkah keluarga untuk bekerja di Pulau Dewata Bali, dan hijralhah tahun 2004, sang Ibu dan Kakaknya di Bali.
Setiap mulai proses baru, maka hobi dan keinginan selalu berubah dalam diri Endra. Masa SMA, karena ia masuk di Program Bahasa, akhirnya ia kembali senang pada dunia membaca namun lebih pada karya sastra. Banyak novel kuno yang sudah ditamatkan membaca, sebut saja Tenggelamnya Kapal Van Der Wich, Siti Nurbaya, Kuncup Berseri, Layla Majnun, Romeo Juliet, Cleopatra, dsb. Kecintaan pada novel, akhirnya tertuang pada dunia teater. Ketika duduk di kelas 2 SMA, ia mendirikan Sanggar AMOEBA (Anak Moeda Bahasa). Sanggar ini yang nantinya akan mengasah kemampuannya dan teman-teman seprogramnya pada dunia sastra, misal Deklamasi Puisi, Musikalisasi Puisi, Parade Puisi, dan Teater. Alhasil, sanggar AMOEBA ini, bertahan sampai ia berhenti dan lulus dari Pesantren sekaligus SMA nya. Selain itu, ia sejak kelas 1 SMA sudah memilih aktif di Lembaga Pers Siswa yang bernama Majalah MISI serta aktif sebagai penyair pertama Radio Sekolah SMANJ@ FM.
Masa SMA inilah, Endra mulai dan sangat aktif di berbagai organisasi dan aktifitas ekstrakulikuler. Ini adalah awal ketika nantinya ia masuk pada dunia Kampus. Tahun 2007, ia lulus dan berhenti dari SMA dan Pesantrennya. Belum ada kepastian ia bisa melanjutkan di Perguruan Tinggi, apalagi impiannya masuk di Universitas Brawijaya atau Universitas Negeri Malang. Kondisi ekonomi keluarga saat itu, belum mendukung untuk ia bisa terdaftar sebagai mahasiswa. Namun karena keteguhan atas impiannya, datanglah rezeki dan tawaran padanya dari sepupunya yang bernama Slamet Wahyudi, SE alumnus FE UB, untuk kuliah di Kampus Kerakyatan di bawah naungan Yayasan Bhakti Nusantara, yang mencanangkan beasiswa tidak mampu. Ia tidak ambil pusing dan tidak malu untuk menerima tawaran itu, karena memang ekonomi keluarganya yang tidak mendukung, namun ia tetap bersikeras untuk bisa kuliah.
Berkat jalan ini, hijrahlah Endra pada tahun 2007 di Kota Apel atau Kota Dingin yang juga di sebut Kota Pendidikan, Kota Malang itulah namanya. Tapi tidak seperti nama Kota nya, ia tidak semalang yang dipikirkan. Meski awal masa kuliah, ia masih belum bisa menyesuaikan uang sakunya, dengan kebutuhan di Malang yang harganya terbilang cukup mahal. Namun dimana pun tanah ia pijakkan, ia selalu menemukan teman-teman yang baik dan selalu membantunya ketika membutuhkan.
Dunia yang sangat beda dari sebelumnya, anak pesantren masuk Kota. Sangat tepat sekali disebutkan padanya. Masih terbiasa dengan budaya sarungan, ia selalu tidak pernah lepas dari sarung selain berangkat kuliah. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Ketika ORDIK, kenallah ia pada kakak tingkat sekaligus juga panitia ORDIK kala itu, yang akhirnya mengajaknya masuk HMI, sebut saja Aulia Vera Rozida. Maka pada Desember 2007, ia ikut Basic Training (LK I) HMI di Komisariat Persiapan Unitri kala itu, di bawah pimpinan Dody Setyawan. Selang empat hari setelah LK I, ia diutus dan dipercaya untuk ikut Diklat Jurnalistik Dasar yang diadakan LAPMI HMI Cabang Malang. Disinilah awal ia akhirnya sampai sekarang serius bergelut untuk bisa membangkitkan lagi LAPMI HMI Cabang Malang.
Keaktifannya di semester awal dalam organisasi, harus terhenti sementara, karena ia harus mengikuti beasiswa di Kelas Entertaint di salah satu Management Art di Jakarta, setelah ia meraih Finalis di perlombaan seni. Setelah enam bulan berada di Ibukota Negara, ia memutuskan sudah cukup pengalaman yang diperolehnya. Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya lagi di Kampus yang sama setelah masuk tahun ajaran baru.
Sekembalinya di Malang, seluruh temannya menerimanya dengan senang hati. Kala itu pimpinan di Komisariat Unitri sudah terganti dan dipimpin Aulia Vera Rozida. Akhirnya di periode baru ini, ia dipercayakan menduduki Departemen Keuangan dan Perlengkapan, karena ada salah seorang pengurus yang mengundurkan diri. Selang enam bulan kemudian, tepatnya bulan April 2009, ia dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Wakil Sekretaris Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan setalah ada hasil reshufflle pengurus. Hanya dalam satu periode, dua posisi di HMI Komisariat Unitri telah diraihnya.
Namun keaktifannya dalam organisasi tidak hanya di HMI. Di intra kampus, ia depercaya sebagai Sekretaris Umum UKM Pers MEDIA BUANA dan Sekretaris Umum HMJ Ilmu Komunikasi. Dan akhirnya ia  naik sebagai Pimpinan Umum di UKM Pers MEDIA BUANA setalah ada Musyawarah Istimewa. Beberapa organisasi di luar Kampus, juga tak kalah menarik untuk ia geluti. Ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) serta pada bulan April 2009, ia dilantik sebagai Ketua Bidang Publikasi Perhimpunan Hubungan Masyarakat (PERHUMAS) Muda Malang.
Pada pertengahan 2009, terjadi pergantian kepemimpinan di HMI Komisariat Unitri, dan dipercayakan kepada Paijin, serta di periode baru ini, Endra diamanahi posisi sebagai Sekretaris Umum. Ketika ia menjabat sebagai Sekretaris Umum, ia menyempatkan diri untuk mengikuti training lanjutan di HMI, yaitu Intermediate Training (LK II) di HMI Cabang Serang-Banten pada bulan Desember 2009. Dengan ketulusan dan mengamban amanah, tak terasa sudah sampai di akhir periode. Namun kali ini, ia tidak menjadi pengurus, melainkan sebagai Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat (MPK-PK).
Berbeda sekali ketika masih memiliki jabatan, hari-hari Endra hanya diisi dengan kuliah di Kampus dan kumpul dengan teman-temannya. Namun bukan Endra, kalau tidak ada aktifitas. Ia masih menjabat sebagai Ketua Bidang Media dan Informasi di IMIKI Wilayah IV (Jawa Timur, Bali dan Nusra). Pada September 2010, ia juga aktif di Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik se Indonesia. Untuk mengisi kekosongan, pada Desember 2010, ia memutuskan untuk ikut training terakhir dalam HMI, yaitu Advance Training di Badko HMI Sumatera Barat bertempat di Bukittinggi.
Selepas mengikuti LK III, kini adalah pengabdian yang akan dilakukannya. Tepat tanggal 23 Januari 2011, ia masuk pada calon tunggal Direktur Utama setelah ada pengundurun diri pada tahap pencalonan dari rekannya di LAPMI. Dan akhirnya posisi Direktur Utama LAPMI HMI Cabang Malang periode 2011-2012 setelah lebih kurang enam tahun vacuum, dipercayakan padanya. Ia berharap, semoga dalam kepemimpinannya di LAPMI HMI Cabang Malang, semua akan dijalankan bersama-sama dengan anggota LAPMI, dengan mengutamakan komunikasi efektif, maka akan terjalin hubungan solidaritas dan kekeluargaan yang erat. Serta harapannya, LAPMI HMI Cabang Malang, akan melahirkan kader yang berpotensi di bidangnya. Pesan terakhir dan penutupnya, Maju Terus dalam Cipta Karya dan Karsa bersama LAPMI HMI Cabang Malang.






1 komentar:

  1. Casino & RV Park (New Orleans, LA) - Mapyro
    Casino & RV Park (New Orleans, LA). United States. United States. 부산광역 출장마사지 3.7 Miles to Travel. Casino and 인천광역 출장안마 RV Park is a casino and RV 창원 출장안마 park 당진 출장마사지 located in New Orleans, LA, USA 목포 출장안마

    BalasHapus